trying
to reach
the future
tag please or die

kikih says hi



Hello my name is Rizky Amelia, but peeps call me Kikih. Now I'm studying at The London School Of Public Relations, Jakarta. Majored in Mass Communication. Now I'm in semesters six. And this is a blog for all the tasks I have done while studying at LSPR.

click : Blog Twitter Facebook Myspace Plurk Tumblr
affiliates

Photobucket Aji Virna Photobucket Aliza Photobucket Anggita Photobucket Annisa Photobucket Baiti PhotobucketBakti PhotobucketDanar Photobucket Elvira Photobucket Fitri PhotobucketGleno Photobucket Intan Photobucket Maya
Photobucket Laura Photobucket Nadea Photobucket Nadya Photobucket Okti Photobucket Rita Photobucket Sally Photobucket Tasya Photobucket Yohana Photobucket Yossefina PhotobucketVicky
Wednesday, April 7, 2010 @ 9:21 AM
Investigate Reporting - Pedagang Pasar Baru
Susahnya kehidupan di jakarta

Jakarta memang pantas disebut ibukota Negara karena memiliki eksitensi bagi warganya tidak hanya dari dalam kota saja tetapi masyarakatnya dari luar daerah , Jakarta sendiri terdiri dari multicultural budaya hal tersebut dapat dilihat salah satunya melalui gejala perekonomiannya . dengan banyak serta ragam perekonomian yang ada di Jakarta , salah satunya perekonomian di bidang perdagangan kita bisa lihat contoh nyata kehidupan interaksi tentang perdagangan yang ada di Jakarta .

Contoh nyatanya saja bu diah wanita yang berusia 45 tahun ini datang jauh – jauh ke Jakarta hanya untuk memperbaiki perekonomian keluarganya serta untuk menambah penghasilan untuk hari raya idul fitri, bu diah adalah salah satu contoh pedagang makanan musiman yang sudah melakoni berjualan di pasar baru selama 8 tahun dia sengaja berjualan beragam makanan berbuka puasa di daerah pasar baru, biasanya bu diah hanya berdagang setiap bulan ramadhan saja makanan yang biasa dia jual adalah macam - macam makanan khas berbuka puasa seperti kolak , asinan , gorengan , dan lain – lain harga yang ditawarkan ibu diah dalam menjual makanannya pun relative terjangkau dengan kisaran harga Rp. 2.000 sampai dengan Rp. 5.000 . bu diah biasa berjualan pada pukul 15.00 sampai dengan pukul 18.00 WIB .

Tetapi dalam berjualan terkadang kita bisa merasakan susahnya pembeli dan kurangnya penghasilan itulah yang terkadang di rasakan bu diah kadang dia mengeluh meresapi kehidupannya hari ini karena terkadang hasil dagangan yang dia jual tidak habis terjual dikarenakan sekarang banyak sekali pedagang makanan musiman seperti bu diah di daerah pasar baru yang menawarkan berbagai macam makanan yang beraneka ragam , itulah kenapa membuat saya merasa iba ketika ibu diah bercerita terkadang dia harus menutupi kekurangannya dengan berjualan sampai dagangannya habis dengan cara berjualan ke daerah pasar baru dan sekitarnya , selama berjualan dirasakan bu diah tidak ada sama sekali pungutan liar yang diberikan pengelola atau pengawas di pasar baru tempat bu diah berjualan .

Dengan modal kurang lebih Rp. 1.000.000 dia sudah dapat mengambil keuntungan bersih sebesar 40% dari modalnya dan uang tersebut dirasakan sedikit membantu untuk membiayai kehidupan sekolah ketiga anaknya yang saat ini ketiga anaknya yang sedang duduk dibangku SD, SMP,dan SMA tetapi tidak hanya mengandalkan berjualan musiman saja untuk menutupi kehidupannya dan keluarganya di Jakarta ini bu diah juga mempunyai pekerjaan sampingan yang bisa dikatakan cukup menarik yang tidak biasa dilakukan oleh kaum Hawa yaitu sebagai seorang tukang ojek motor .

Ibu diah sudah lebih dulu menjalani profesi sebagai tukang ojek motor dibandingkan sebagai tukang jualan musiman bu diah menggeluti profesi sebagai tukang ojek motor sekitar kurang lebih 15 tahun dia memulai pekerjaan sebagai tukang ojek motor pada pukul 06.00 sampai dengan 23.00 WIB , tetapi jika pada saat bulan ramadhan dia bekerja hanya setengah hari lalu dilanjutkan berjualan di pasar baru . kendala yang dirasakan bu diah pertama kali ketika menjadi tukang ojek sangatlah berat dia sempat diusir oleh tukang ojek yang mayoritas adalah kaum pria sempat juga bu diah dicibir oleh tukang ojek yang lainnya . tetapi tekad bu diah untuk menjalani profesi ini sudah bulat mau tak mau dia harus melakukannya karena demi tuntutan ekonomi keluarganya .

Langkah bu diah dalam menjalani hidup dapat kita jadikan sebagai acuan hidup kita walaupun seorang perempuan bu diah tidak pernah pantang menyerah dalam menghadapi kehidupan apapun pekerjaannya dan seberat apapun pekerjaannya dia tidak pernah mengeluh. Hanya satu pemikiran bu diah mengapa dia sampai rela melakukan semua ini dia tidak mau melihat anak – anaknya seperti dia .
back to top?
monthly archive

April 2010
recent entries

PR - Media Planning Cultural Anthropology - Kebudayaan Tana Toraja Masalah kebudayaan nasional dalam perspektif Global New Ego dan Old Ego memilih refleksi dibanding reaksi Professional Studies - Pidato Writing & Reporting coursework Pernikahan beda agama kode etik jurnalistik baby throwing in India
LAYOUT BANNER COLORS MINIICONS